audit tenure

PENGARUH LEVERAGE, AUDIT TENURE, AUDIT DELAY DAN JUMLAH DEWAN DIREKSI TERHADAP MANAJEMEN LABA

Posted on

PENGARUH LEVERAGE, AUDIT TENURE, AUDIT DELAY DAN JUMLAH DEWAN DIREKSI TERHADAP MANAJEMEN LABA

 

Amilin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Siti Aisyah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

 

Abstract:

The primary objective of this study is to explain the influence of  the leverage, audit tenure, audit delay and amount of direction on earning management. It is seen from audited financial report of the manufacture companies that listed in Indonesia Stock Exchange (ISX). In this research, the proxy of earning management is the accrual of working capital. The sample of this reaserch are 56 the listed of manufacturing company in ISX in 2005. The data analiyzed by multiple regression method.

The result of analysis show that the leverage, audit tenure, audit delay and amount of direction simultaneously has the signifikantly influence toward the earning management. But individually, only leverage has the significantly influenced, while audit tenure, audit delay and amount of direction do not have the significantly influenced toward the earning management.

Keyword: earning management, audit tenure, audit delay, and amount of direction.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Boediono, 2005).

Widyaningdyah (2001) mengungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earnings management.

Melihat banyaknya penelitian yang berusaha untuk mengungkapkan fenomena diatas terlihat dari bukti-bukti empiris berikut yang dikutip dari Gumanti (2000). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini menunjukkan bahwa praktek manajemen laba ternyata tidak selamanya terbukti. Dengan kata lain manajemen laba terbukti di suatu aktivitas ekonomi tetapi tidak di kasus yang lain. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, misalnya, penelitian dengan kasus yang sama, terdapat temuan yang bertentangan.

Terdapat berbagai macam proxy yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Dalam penelitiannya Widyaningdyah (2001) menggunakan beberapa proxy untuk mengukur manajemen laba pada perusahaan yang baru melakukan Initial Public Offering (IPO) di antaranya adalah leverage, reputasi auditor, jumlah dewan direksi dan jumlah presentase saham yang ditawarkan saat IPO.

Ada beberapa faktor lain diluar perusahaan yang mungkin bisa mempengaruhi earning management. Auditor eksternal merupakan pihak yang memiliki tanggung jawab untuk membantu para investor dalam menganalisis laporan keuangan, dan memberikan opini terhadap hasil kinerja manajemen tersebut. Lamanya rentang waktu penyelesaian audit atau audit delay berkaitan erat dengan kualitas audit yang  mempengaruhi juga terhadap kualitas laba, semakin lama rentang waktu penugasan maka discretionary accrual-nya semakin menurun (Lambert, 2007), karena auditor memiliki waktu yang lebih banyak untuk memeriksa laporan keuangan, sehingga bisa mendeteksi dan mencegah adanya earning management.

Selain lamanya rentang waktu penyelesaian audit, lamanya perikatan juga mempengaruhi adanya praktek earning management. Lamanya perikatan audit atau tenure of audit berpengaruh terhadap kemampuan auditor untuk menilai kinerja manajemen (Johnson, 2002) dalam Mayangsari (2006). Penelitian itu bertolak belakang dengan Myers et al. (2003) yang menyatakan bahwa peningkatan audit tenure tidak mempengaruhi pada kualitas laba, sedangkan Carcello dan Nagy (2004) menemukan bahwa kecurangan laporan keuangan terjadi ketika auditor tenure-nya kurang dari 3 tahun, penelitian ini didukung oleh Geiger dan Raghunandan (2002) yang menyatakan bahwa kegagalan dalam membuat laporan audit terjadi pada awal-awal tahun perikatan karena belum banyak mengetahui proses bisnis dan spesifik operasi perusahan. Sedangkan di Indonesia yang diteliti oleh Mayangsari (2006) baru mengenai pengaruh lamanya penugasan audit yang berpengaruh positif terhadap persepsi investor yang dinilai dengan ERC. Melihat dari fenomena yang ada dan penelitian-penelitian diatas maka penulis ingin meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba berupa lamanya penugasan Leverage, audit tenure, audit delay, dan jumlah dewan direksi.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Definisi Dan Motivasi Manajemen Laba

Sugiri (1998) memberikan pengertian manjemen laba yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001) sebagai berikut:“Tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut”. Pengertian manajemen laba yang lain diberikan oleh Healy dan Wahlen (2000:368) yang dikutip oleh Utami (2006) adalah:“Earnings management occurs when managers use judgement in financial reporting and in structuring transactions to alter financial report to either mislead some stakeholders about the underlying economics performance of the company, or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers”

Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari dkk, 1994) dalam Rahmawati et al. (2006).

Scott (2000: 302) dalam Rahmawati et al. (2006) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba yaitu: bonus purposes, political motivations, taxation motivations, pergantian CEO,  Initital Public Offering (IPO), pentingnya memberi informasi kepada investor.

Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Manajemen Laba

Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986) dalam Rahmawati et al. (2006) yaitu: (1) Bonus Plan Hypothesis, (2). Debt Covenant Hypothesis, dan (3) Political Cost Hypothesis

Teknik Manajemen Laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Rahmawati et al. (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: (1)  memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, (2) mengubah metode akuntansi, dan (3) menggeser periode biaya atau pendapatan.

Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba

Trueman dan Titman (1988) dalam Rahmawati et al. (2006) berpendapat bahwa hanya manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap periode. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh manajer. Dalam menyiapkan laporan mungkin manajer dapat memindah antar periode pada saat sebagian laba ekonomi diketahui sebagai laba akuntansi dalam laporan keuangan.

Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Rahmawati et al. (2006) dapat dilakukan dengan cara: (1) taking a bath, (2) income minimization, (3) income maximization, dan income smoothing.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Dari beberapa penelitian sebelumnya, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba  diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Leverage

Leverage merupakan rasio hutang terhadap aktiva, perbandingan antara utang dan aktiva yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. (Jiambalvo 1996) yang dikutip dari Widyaningdyah (2001).

  1. 2. Audit Tenure

            Banyak penelitian yang meneliti audit tenure, seperti hubungan audit tenure dengan pencatatan akrual, Johson (2002) dalam Mayangsari (2006) menemukan bahwa besarnya akrual sangat relatif dengan audit tenure, semakin panjang audit tenure maka tingkat akrual akan menurun. Dalam penelitian lain Mayangsari (2006) menemukan bahwa audit tenure juga berpengaruh positif pada persepsi investor yang diukur dengan menggunakan Earning Response Coefficient.

  1. Perubahan Audit Delay

Menurut Halim (2000) yang dikutip oleh Subekti dan Widiyanti (2004):“Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya audit lapangan”. Sedangkan menurut Ashton (1987) yang dikutip oleh Lambert (2007):”Audit delay defined as the length of time from a company’s fiscal year-end to date of auditor’s report”. Sedangkan perubahan audit delay didefinisikan audit delay tahun berjalan dikurangi audit delay tahun sebelumnya (Lambert, 2007). Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi audit delay seperti dikutip dari Subekti dan Widiyanti (2004) diantaranya adalah sebagai berikut: ukuran perusahaan, jenis industri, dan opini audit.

  1. Jumlah dewan direksi (board of directors)

Menurut Famma dan Jensen (1983) yang dikutip dari Beasley (2001) selain sebagai kontrol internal, adanya dewan direksi  juga dapat meminimalisasi cost yang timbul akibat keterbatasan pemilik perusahaan untuk mengontrol perusahaan. Banyaknya dewan direksi berpengaruh terhadap efektif tidaknya pengawasan kinerja manajer (CEO). Menurut Jensen (1993) yang dikutip dari Widyaningdyah (2001) jumlah dewan direksi yang relatif kecil dapat membantu meningkatkan kinerja mereka dalam memonitor manajer.

Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis yang akan diuji adalah:

H1: Leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

H2: Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

H3: Perubahan Audit delay berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

H4: Jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh leverage, audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi terhadap manajemen laba yang terjadi dalam perusahaan go public. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pada sektor manufaktur yang berjumlah 138 perusahaan, karena dari beberapa hasil penelitian manajemen laba yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta hasilnya berbeda dari setiap industri (Utami, 2005). Objek penelitian ini adalah leverage, audit tenure, audit delay, jumlah dewan direksi, dan manajemen laba, sedangkan unit observasinya adalah laporan keuangan emiten yang terbit tahun 2005 (audited). Sedangkan informasi mengenai audit tenure menggunakan laporan keuangan (audited) dari tahun 2001-2005 untuk melihat berapa lama perusahaan menjadi klien suatu KAP.

            Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu purposive sampling dan random sampling secara berturut-turut. Metode pengambilan sampel yang digunakan pertama adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memiliki kriteria tertentu sebagai berikut:

  1. Perusahaan termasuk perusahaan yang sudah go public terdaftar di BEJ minimal sejak tahu 2001.

2. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan audited dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

Kemudian sampel diambil secara acak dengan teknik random sampling. Untuk mendaptkan ukuran sampling minimum digunakan rumusan Slovin (1960) yang dikutip Sevilla (1994) dalam Umar (2003:74) sebagai berikut:

n   =    N

1+ Ne2

dalam hal ini:

n    =    Jumlah sampel

N   =    Ukuran populasi

E    =    Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan       sampel yang masih dapat ditolerir.

  • = Konstanta

 

Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Secara konseptual, variabel-variabel penelitian dioperasionalisasikan sebagai berikut :

 

 

 

  • Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 1999:63). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen dirinci sebagai berikut:

  1. Leverage

Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aktiva.

  1. Audit Tenure

Tenure adalah lamanya perikatan auditor dengan perusahaan. Pengukuran Tenure adalalah dengan menggunakan variabel dummy dimana jika perusahaan tersebut diaudit oleh KAP yang sama lebih dari 2 tahun diberi nilai satu (diduga KAP telah banyak mengetahui karakteristik perusahaan), sedangkan perusahaan yang baru diaudit satu sampai dua tahun diaudit oleh KAP yang sama diberi nilai nol (diduga auditor belum mengetahui karakteristik perusahaan).

  1. Perubahan Audit Delay

Perubahan audit delay adalah audit delay tahun berjalan dikurangi audit delay tahun sebelumnya. Pengukuran perubahan audit delay ini dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika mengalami kenaikan audit delay atau hasilnya positif diberi skor satu (diduga semakin banyak waktu yang dimiliki auditor untuk menemukan manajemen laba), namun jika sebalikya jika terjadi penurunan audit delay atau hasilnya negatif maka diberi nilai nol (diduga semakin sedikit waktu untuk menemukan manajemen laba).

  1. Jumlah dewan direksi

Variabel ini juga menggunakan variabel dummy dengan kriteria mengacu pada penelitian Jensen (1993). Perusahaan yang mempunyai jumlah dewan direksi yang kurang dari 7 orang (1-7 orang) diberi nilai 1 (diduga optimal dalam mengontrol manajemen) dan yang lebih dari 7 orang diberi nilai 0 (diduga tidak optimal dalam mengontrol manajemen).

  • Variabel Dependen

Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999:63). Dalam penelitian ini yang menjadi  variabel dependen yaitu manajemen laba. Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba diproksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Berdasarkan pada kajian McNichols (2000) serta Dechow dan Skinner (2000) dalam Utami (2005) maka proksi manajemen laba yang digunakan adalah model spesifik akrual yaitu akrual modal kerja. Penggunaan akrual modal kerja lebih tepat sebagaimana yang telah dikaji oleh Peasnell et al. (2000) dalam Utami (2005). Akrual diskresioner tidak diestimasi berdasarkan kesalahan residual karena teknik tersebut dianggap relatif rumit, oleh karena itu digunakan proksi rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Alasan pemakaian penjualan sebagai deflator akrual modal kerja adalah karena manajemen laba banyak terjadi pada akun penjualan sebagaimana yang diungkapkan oleh Nelson et al. (2000) dalam Utami (2005). Penggunaan penjualan sebagai deflator juga dilakukan oleh Friedlan (1994) yang memodifikasi model DeAngelo (1986) dalam Utami (2005) menjadi rasio antara perubahan total akrual dengan penjualan.

Manajemen laba (ML)  = Akrual Modal kerja (t)

                                               Penjualan periode (t)

Akrual modal kerja = Δ AL Δ HL –  Δ Kas

Keterangan:

Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t

Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 58 perusahaan manufaktur dari 138 perusahaan industri manufaktur. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan  tahunan audited (audited annual financial report) tahun 2005, sedangkan untuk data variabel audit tenure menggunakan laporan keuangan dari tahun 2001 hingga tahun 2005 untuk mendapatkan informasi lamanya perusahaan menjadi klien suatu Kantor Akuntan Publik.

Analisis Data Outlier

Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Untuk mendeteksi adanya data outlier dapat dilakukan dengan menentukkan nilai batas yang dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized, atau yang biasa disebut z-score. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai standarnya adalah 3. Konversi ini dilakukan hanya pada variabel manajemen laba, karena hasil pengamatan menunjukan hanya variabel manajemen laba saja yang kemungkinan besar memiliki data outlier. Setelah dilakukan konversi ternyata ada 2 observasi yang dinyatakan sebagai data outlier, artinya nilai z-scorenya diatas nilai 3. Selanjutnya data outlier tersebut dikeluarkan dari sampel, sehingga jumlah data yang dianggap memadai untuk dilakukan pengujian selanjutnya hanya berjumlah 56 data.

 

  1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif untuk lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua kelompok. Variabel yang menggunakan pengukuran dummy seperti audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi diolah tanpa menggunakan SPSS, sedangkan leverage dan manajemen laba diolah menggunkan SPSS.

Untuk variabel audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi digambarkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Descriptive Statistic 1

Pengukuran variabel dummy Total Sampel
1 0
Audit tenure 37 19 56
Audit delay 27 29 56
Jumlah direksi 45 11 56

 

Dari tabel 4.1 tersebut menunjukkan perusahaan yang memiliki hubungan dengan suatu Kantor Akuntan Publik (audit  tenure) diatas 2 tahun sebanyak 37 perusahaan atau 66% dari total sampel, sedangkan yang memiliki audit tenure kurang dari 2 tahun sebanyak 19 perusahaan atau 34% dari total sampel. Perusahaan yang mengalami kenaikan lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) sebanyak 27 perusahaan atau 48% dari total sampel, sedangkan yang mengalami penurunan lamanya waktu penyelesaian audit sebanyak 29 perusahaan atau 52% dari total sampel. Perusahaan yang memiliki jumlah direksi ≤ 7 orang sebanyak 45 perusahaan atau sebanyak 80% dati total sampel, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah direksi diatas 7 orang sebanyak 11 perusahaan atau 20% dari total sampel.

Selain variabel audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi analisis deskriptifnya diolah menggunakan SPSS versi 11,5 for windows. Statistik deskriptif untuk leverage dan manajemen laba yang dapat dilihat pada analisis tabel dibawah ini.

Tabel 4.2

Descriptive Statistics 2

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Leverage 56 0.120 1.666 0.56742 0.331065
MgtLaba 56 -1.271 0.782 -0.02755 0.263401
Valid N (listwise) 56

Sumber: data diolah.

 

Dari tabel 4.2 diatas, statistik deskriptif menunjukan leverage dari 56 perusahaan manufaktur pada tahun  2005 menunjukkan rata-rata sebesar 0.567; minimum sebesar 0.120; maksimum sebesar 1.666; dan standar deviasi sebesar 0.311. Sedangkan manajemen laba menunjukkan angka rata-rata sebesar -0.027; minimun sebesar -1.271; maksimum sebesar 0.782; dan standar deviasi sebesar 0.263.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis mengunakan analisis regresi berganda, oleh karena itu harus dilakukan pengujian asumsi yang disyaratkan. Yang pertama asumsi normalitas.  Berdasarkan gambar 4.1 dibawah ini, menjunjukkan bahwa pola garis dalam grafik histogram tidak menceng (skewness) ke kiri atau ke kanan dan pola tersebut berada ditengah, sehingga model regresi ini bisa dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Kemudian diuji lagi dengan menggunakan grafik normal plot. Dapat dilihat pada gambar titik-titik data pada grafik normal plot walaupun berada menyebar agak menjauh dari garis diagonal, namun masih mengikuti garis diagonal tersebut. sehingga dari kedua grafik ini menunjukan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.

Gambar 4.1

Output Pengujian Normalitas Data

 

 

Sumber : data diolah

 

Salah satu asumsi model regresi linier berganda yang lain adalah tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan antar variabel independennya. Dalam statistik, tidak terjadi multikolinieritas. Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.1 dengan bantuan program SPSS diperoleh dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factar (VIF). Hasil perhitungan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini, setelah dilakukan uji multikolinearitas, seluruh variabel bebas dari problem multiko.

Colinearity Statistic Kesimpulan
TOL VIF
(Constant)
Audit Tenure 0.935 1.070 Tidak Terjadi Multiko
Audit Delay 0.976 1.024 Tidak Terjadi Multiko
Jumlah Direksi 0.928 1.077 Tidak Terjadi Multiko
Leverage 0.981 1.019 Tidak Terjadi Multiko

Sumber: Data di olah

 

Asumsi lain yang diuji adalah uji heteroskedastisitas yang bertujuan untuk menguji apakah dalam  model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, berarti memiliki kesamaan variance sehingga data dalam model regresi tersebut memenuhi asumsi yang homogen.

Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah jika terdapat pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. Dari gambar 4.2 grafik Scatterplot dibawah ini titik-titik  menyebar diatas dan di bawah angaka nol, walaupun cenderung berkumpul pada satu area, maka model ini dianggap tidak mengalami problem heterokedastisitas.

 

Gambar 4.2

Output Pengujian Heteroskedastisitas

Sumber: data diolah

Pengujian hipotesis untuk melihat pengaruh leverage, audit tenure, audit delay, dan jumlah direksi terhadap manajemen laba menggunakan analisis regresi berganda. Koefisien determinasi (Adj R2) menunjukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen (Ghazali, 2001:45). Hasil output SPSS pada tabel 4.5 menunjukkan nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0.162 yang disajikan dalam presentasenya sebesar 16%, ini menunjukan bahwa kontribusi dari  leverage, audit tenure, audit delay dan jumlah direksi terhadap manajemen laba sebesar 16% , sedangkan  sisanya 84% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Tabel  4.2

Output pengujian koefisien determinasi

MODEL SUMMARY

 

Model Adjusted R Square
1 0.162

 

 


Hasil Uji F

Dari uji ANOVA pada tabel 4.3 didapat F hitung sebesar 3.666 dengan tingkat signifikansi 0.011. Karena tingkat signifikansi dibawah 0.05, maka leverage, audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi secara simultan mempengaruhi manajemen laba, sehinga  model regresi dapat digunakan untuk melihat pengaruh  leverage, audit tenure, audit delay dan jumlah dewan direksi terhadap manajemen laba.

Tabel 4.3

Output hasil Uji F

                                                                                  ANOVA

Model

 

Sum of Squares Df Mean Square F
1 R  Regression .852 4 .213 3.666 .011(a)
Residual 2.964 51 .058
Total 3.816 55

a  Predictors: (Constant), leverage, delay, direksi, tenure

b  Dependent Variable: mgtlaba

Sumber: data diolah

Hasil Uji t

Hasil pengujian antara variabel dependen dengan variabel independen secara individu yang dilakukan dengan uji t dari tabel 4.6 dideskripsikan sebagai berikut:

  1. Hasil pengujian untuk variabel leverage mempunyai angka signifikansi 0.004 lebih kecil dari 0.05. hal ini berarti leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji statistik t ini dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa faktor leverage secara individu (sendiri-sendiri) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dapat dibuktikan.

Penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Widyaningdyah (2001)  yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan model pendeteksi manajemen laba berbeda dengan yang digunakan Widyaningdyah (2001). Dalam penelitian ini proksi yang digunakan untuk manajemen laba adalah model spesifik akrual yaitu akrual modal kerja. Untuk proksi akrual modal kerja ini menggunakan penjualan karena manajemen laba banyak terjadi pada akun penjualan (Nelson  et al., 2000) dalam Utami (2005). Sedangkan Widyaningdyah (2001) menggunakan penghitungan discretionary accrual model Dechow et al. (1996) dengan perhitungan Non Discretionary Accruals dari model Dechow et al. (1996) yang disederhanakan, yaitu industry Adjusted model. Model ini menggunakan asumsi yang sama dengan market adjusted model dalam menghitung return sekuritas. Berdasarkan market adjusted model, penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Model ini tidak memerlukan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Analog dengan market adjusted  model, maka NDA berdasarkan industry adjusted model berasumsi bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi NDA pada tahun t adalah total acrcual market pada periode yang bersangkutan.

  1. Hasil uji t menunjukan bahwa variabel audit tenure mempunyai angka signifikansi 0.536 lebih besar dari 0.05. hal ini berarti audit tenure tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji statistik t ini dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa faktor audit tenure secara individu (sendiri-sendiri) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba tidak dapat dibuktikan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Myers et al. (2003) yang menyatakan bahwa semakin lama audit tenure tidak akan mempengaruhi pada kualitas laba, artinya audit tenure tidak mempengaruhi tingkat manajemen laba pada suatu perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Johnson (2002) dalam Mayangsari (2006) yang menyatakan bahwa semakin lama audit tenure maka dapat meningkatkan kualitas audit, semakin lama perikatan auditor dengan klien akan menambah kemampuan auditor untuk memahami karakteristik bisnis perusahaan tersebut dan mengurangi resiko kegagalan auditor. Selain itu bertentangan juga dengan penelitian Carcello dan Nagy (2004) menyatakan kecurangan laporan keuangan banyak terjadi pada 3 tahun pertama hubungan auditor dengan kliennya dan penelitian  Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bukti empiris bahwa kegagalan laporan auditorpun terjadi pada awal tahun perikatan dengan klien. Sehingga semakin lama audit tenure maka akan meningkatkan kualitas audit dan meningkatnya kualitas audit akan meningkatkan kemampuan auditor untuk mendeteksi manajemen laba.

Seperti hasil penelitian Myers et al. (2003), hasi penelitian ini menyimpulkan bahwa audit  tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, karena lamanya hubungan dengan KAP tidak bisa dijadikan tolak ukur bahwa perusahaan dapat diaudit dengan informasi yang menyeluruh oleh KAP, bahkan mungkin bila semakin lama hubungan antara auditor dengan perusahaan menyebabkan auditor menjadi tidak independen.  Dengan penggantian auditor mungkin perusahaan akan mendapatkan efficient provider sehingga perusahaan akan memperoleh perubahan yang dibutuhkan.

  1. Hasil pengujian untuk variabel perubahan audit delay mempunyai angka signifikansi 0.613 lebih besar dari 0.05. hal ini berarti audit delay tidak mempunyai pengaruh signifikansi terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji statistik t ini dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa audit delay secara individu (sendiri-sendiri) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba tidak dapat dibuktikan.

Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasi penelitian Lambert (2007) yang menyatakan bahwa semakin lama audit delay maka akan mengurangi manajemen  laba, karena auditor semakin memiliki banyak waktu untuk menemukan kecurangan-kecurangan manajemen.

Lamanya audit delay mencermikan perencanaan sebuah audit, semakin matang perencanaan audit maka pelaksanaan audit bisa dilakukan secara efisien dan efektif, sehingga audit delay yang pendek tidak sama artinya dengan terburu-buru atau auditor tidak mempunyai waktu untuk melaksanakan semua prosedur yang harus dijalankan. Dengan perencanaan yang benar auditor bisa melaksanakan prosedur yang tepat dan sesuai untuk semua ruang lingkup audit, dengan perencanaan yang benar pula auditor bisa menemukan kecurangan yang dilakukan manajemen dalam waktu yang singkat.

  1. Hasil pengujian untuk variabel jumlah dewan direksi mempunyai angka signifikansi 0.126 lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti jumlah dewan direksi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji statistik t ini dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi secara individu (sendiri-sendiri) berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba tidak dapat dibuktikan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Widyaningdyah  (2005) yang menyatakan bahwa jumlah direksi tidak mempengaruhi manajemen laba, namun bertolak belakang dengan penelitian dari Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang menyatakan semakin banyak dewan direksi maka akan meningkatkan manajemen laba, karena dewan direksi kehilangan kontrol atas manajemen akibat terlalu banyak jumlah dewan direksi.

Jumlah dewan direksi harus mempertimbangkan besarnya perusahaan, semakin besar perusahaan dibutuhkan dewan direksi yang semakin banyak pula. Selain itu komposisi dewan direksi dalam perusahaan diduga akan mempengaruhi tingkat kecurangan dalam perusahaan. Perusahaan yang tercatat melakukan kecurangan ternyata dewan direksinya didominasi oleh pemegang saham (Beasly:1996).  Hal ini memberikan pandangan baru bahwa jumlah saja tidak cukup untuk menilai adanya berbagai kecurangan dalam perusahaan termasuk manajemen laba.

 

Tabel 4.4

Output pengujian t

Variabel B Std

Error

t Signifikansi
Constanta 0.204 0.120 1.693 0.097
LNLeverage -0.302 0.101 -3.004 0.004
Audit tenure 0.045 0.072 0.624 0.536
Audit delay 0.033 0.065 0.508 0.613
Jumlah direksi -0.131 0.084 -1.557 0.126

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data diolah

                                                                                                                

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 58 perusahaan sampel diperoleh hasil bahwa:

  1. Secara simultan leverage, audit tenure, audit delay, dan jumlah direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi 0.01.
  2. Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi 0.04, namun pengaruhnya negatif. Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena adanya perubahan metode pendeteksian manajemen laba.
  3. Audit tenure mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba, namun pengaruhnya tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.53.
  4. Audit delay mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba, namun pengaruhnya tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.61.
  5. Jumlah dewan direksi mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba, namun pengaruhnya tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.12.

 

 

 

Keterbatasan

Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan-keterbatasan yang membuat hasil penelitian ini perlu dikembangkan lebih jauh lagi diantaranya:

  1. Penelitian ini meneliti sampel hanya satu tahun, sehingga hasilnya tidak bisa diambil kesimpulan. Perbedaaan waktu bisa menyebabkan hasil yang berbeda.
  2. Dalam menguji variabel independen tidak memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
  3. Penelitian ini hanya menguji sektor manufaktur, sehingga hasil dari penilitian ini tidak bisa diterapkan pada sektor lainnya.
  4. Penelitian ini mengunakan proxy yang berbeda dari penelitian sebelumnya, sehingga hasilnya tidak sama dengan penelitian sebelumnya.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu:

  1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan dapat menggunakan periode penelitian beberapa tahun, agar memperoleh pembanding.
  2. Penelitian selanjutnya diharapkan menguji kembali variabel independen dengan lebih kompleks, dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian sejenisnya agar hasilnya lebih komprehensif.
  3. Dalam pengambilan sampel penelitian selanjutnya dapat mengambil dari sektor lain, untuk melihat konsistensi dari hasil yang diperoleh.
  4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan model pendeteksi manajemen laba yang lain, untuk mengetahui adanya kemungkinan hasil yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

 

Beasly, Mark.S. 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Acounting review. Vol. 71. No 4. October:443-465.

 

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo.

 

Carcello, Joseph V dan Albert L. Nagy. 2004. Audit Firm Tenure and Fraudulent Financial Reporting.Journal Title: Auditing: A Journal of Practice & Theory. Volume: 23. American Accounting Association

 

Geiger, Marshal A. dan K. Raghunandan.2005. Auditor Tenure and Audit reporting Failures. Journal Title: Auditing: A Journal of Practice & Theory. Volume: 21. American Accounting Association

 

Ghosh, Aloke dan Doocheol Moon. 2004. Auditor tenure and Perceptions of Audit quality. The Accounting Review. Vol 80.

 

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.

 

Gumanti, Ary Tatang. 2000. Earning Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 2. Nopember.

IAI. 2001, Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta

Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta

 

Lambert, Tamara A. Josef F. Brazel dan Keith L. Jones. 2007. Do Changes in Audi Delay Affect Earning Quality? SSRN

 

Mayangsari, Sekar. dan Bambang Sudibyo. 2005. An Empirical Analysis Of Auditor Litigation. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo

 

…………….. 2006. Audit Firms Tenure and Investors Perceptions of Audit Quality. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

 

Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisi Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi 6. Surabaya.

 

Munfiah, Siti Hidayati dan Zulaikha. 2003. Analisis perilaku Earning Management: Motivasi Meminimalisasi Income Tax. Simposium Nasional Akuntansi 6. Surabaya.

 

Myers, N. James. Linda A. Myers dan Thomas C. Omer. 2003. Exploring the Term of Audior-Client Relationship and the Quality of Earnings: A Case for Manadatory Auditor Rotation? The Accounting Review. Vol 78.

 

Rahmawati, Yacob Suparno dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

 

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Gramedia. Jakarta.

 

Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 7. Denpasar.

 

Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo

 

Turner, Lynn.E, Jason P. Williams and Thomas R. Weirich.2005. An Inside Look at Auditor Changes. CPA Journal. Michigan

Umar, Husein.2003. Riset Akuntansi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

 

Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo

 

—————–. 2006. Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba Terhadap Informasi Asimetris. Media Riset Akuntansi, Auditing, & Informasi. Vol 6. No. 1 April 2006:m19-49

 

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Kristen Petra. Vol. 3, No. 2, November: 89 – 101

 

Wilopo, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.